Kamis, 30 Juni 2011

importance of health

Hi my name is Mita. I lived in Samarang but now I live in Tarogong because I was school in Tarogong.  Mother and my father was a teacher. I was very happy stayed with them. Now lett me tell you about my story when I was sick.
Three days ago, my condition is fine. On Monday night I was working on a task. Tasks that I do have finish but I corrected again if there is wrong because the task of writing this one should not have any posts wrong. I've finished working on it, Suddenly my head was hurt maybe I’m tired. The next day, the headache that I experienced increased pain so I did not get in on the lesson and go straight to bed because I became not hold the pain. I was sad because no one noticed me. I want to go home, but at times it rained and no one in the house. So I'm still in the dorms. However, today I was healthy again and can move  as usual. Horree.

konsep sehat sakit

BAB I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang Masalah
Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan orang bilang Sehat Itu Mahal, tetapi benarkah tentang fakta itu, tapi menurut pendapat para Ilmu Kesehatan Dunia (WHO) , memang sehat itu mahal, karena kita harus memakan- makanan yang penuh dengan gizi, akan kaya protein, zat besi, dan lain-lain. Sementara itu kita harus membeli makanan itu dengan harga yang cukup mahal, apa lagi harga sayur-mayur, susu, beras, lauk pauk, dll, mungkin sedang melonjak harganya di pasar-pasar tradisional.
Untuk itu hiduplah dengan jaga kesahatan anda karena itu sangat penting bagi anda dan keluarga anda.
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedok-teran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosial budaya.

2.    Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “KONSEP SEHAT SAKIT” yaitu:
A.    Mengetahui definisi sehat dan sakit
B.     Membedakan definisi sehat dan sakit menurut para ahli
C.     Mengetahui rentang sehat sakit beserta status kesehatan
D.    Mengetahui faktor-faktor penyebab sehat, perilaku sakit dan penyebab penyakit
E.     Dampak hospitalisasi pada klien dan keluarga

3.    Rumusan masalah
A.    Apa perbedaan pengertian sehat menurut para ahli ?
B.     Bagaimana terjadinya rentang sehat sakit ?
C.     Apa saja yang dapat menyebabkan perilaku sehat dan sakit?
D.    Bagaimana perilaku sehat dan sakit itu ?
E.     Siapa saja yang mendapatkan dampak hospitalisasi ?

4.    Metode
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu, dengan menggunakan studi pustaka dari beberapa sumber dan situs web, ini bertujuan untuk mempermudah kami dalam menyelasaikan makalah ini.

BAB II
KONSEP SEHAT SAKIT

1.   Pengertian sehat
                         Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual
                        Berikut ini beberapa definisi sehat menurut para ahli:
A.    Sehat menurut WHO (1927)
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, metal, dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
                     Mengandung 3 karakteristik :
1.    Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2.    Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3.    Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan prodiktif
B.     Sehat menurut UU No.23/1992 tantang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
C.     Sehat menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan penyesuaian sehungga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
D.    Sehat menurut Zaidin Ali (1999)
Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan antara status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang memungkinkan orang tersebut hidup secara mandiri dan produktif.

E.     Sehat menurut Pender (1982)
Sehat adalah aktualisasi (perwujudan yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas structural.
2.  Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti bisaanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanai operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Berikut beberapa definisi sakit menurut para ahli
1.      Sakit menurut Parson (1972)
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.
2.      Sakit menurut Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga criteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
a.    Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
b.    Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
c.    Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
3.      Sakit menurut Perkin’s
Sakit adalah sautu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial.
4.      Sakit menurut Webster’s New Coligiat Act
Sakit adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh melemah.
5.      Sakit menurut Zaidin Ali (1998)
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian.

3. Rentang Sehat Sakit
            Status kesehatan seseoorang terletak antara dua kutub, yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada dalam area sakit (Illness area), dan apabila status kesehatan  kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam areasehat (Wllness are). Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan berubah setiap saat.
            Sesuai dengan rentang sehat-sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau sakit berat sampai meinggal dunia. Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya pencegahan primer (primary prevention), yaitu perlindungan kesehatan (Health protection) dan perlindungan khusus (Specific protection) agar terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam area sakit maka dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tersier, yaitu dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan penyakit dan rehabilitasi.








Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.                                                                     Model sejahtera
        
        Ketidakmampuan     gejala           tanda        kesadaran pendidikan  pertumbuhan

Kematian                                                                                                                            
Prematur                                                                                                                              
                                     model tindakan

4. Status Kesehatan
            Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam rentang sehat-sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh perkembangan, sosial kultural, pengalaman masa lalu, aharapan seseorang tentang dirinya, keturunan, lingkungan, dan pelayanan.
  1. Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan.
  1. Sosial dan kultural
Perubahan status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran dan keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
  1. Pengalaman masa lalu
Perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman masa lalu. Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutnya.
  1. Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan meruapakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat menghasilkan status kesehatan ke tingkat yang lebih baik secara fisik maupun secara psikologis.
  1. Keturunan
Keturunan juga dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan seseorang mengingat poteni perubahan status kesehhatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
  1. Lingkungan
Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat merubah status kesehatan.
  1. Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau  sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan.
5. Faktor yang Mempengaruhi Sehat
     Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah faktor-faktor yang berpengaruh baik yang bersifat menunjang ataupun yang berisfat menghambat terhadap keadaan sehat-sakit.
 Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu yaitu:
A.    Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar sekali. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian penting dan besarnya pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.
B.     Faktor Sosial Budaya
Fakrot sosial budaya merupakan faktor kedua yang cukup besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1.      Tingkah laku, kebisaaan, adat istiadat
2.      Kepercayaan, pandangan hidup, nilai-nilai
3.      Sosial ekonomi tarap hidup dan penghasilan
4.      Demigrafi, kepadatan penduduk
5.      Pendidikan
C.     Fasilitas kesehatan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah
1.      Lokasi, tempat pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan diketahui oleh masyarakat atau tidak
2.      Usha informasi dan motivasi
3.      Program : apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau tidak.
D.    Keturunan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1.      Genetik
2.      Struktur tubuh
Keempat faktor di atas dapat menunjang ataupun menghambat kesehatan, sehingga dapat memudahkan atau menyulitkan timbulnya sehat-sakit, dan juga faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi.

6.       Penyebab Penyakit
Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.
Sumber penyakit manusia 90% berasal dari Usus (Kolon) yang tidak bersih/tidak sehat. Makanan yang dimakan tiap hari akan meninggalkan sisa pada permukaan dinding usus. Tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan toxid (bahan beracun). Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit) akan masuk ke dalam sistem peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Penyakit bisa timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara :
1.    Penyebab penyakit (agent)
Agent adalah penyebab utama penyakit (causaprimer), dimana tanpa kehadirannya penyakit yang spesifik tidak akan timbul.
Kelompok agent bisa berupa :
a.    Elemen gizi
1)   Jodium
2)   Kekurangan/kelebihan viatamin-vitamin/mineral
b.    Kimia eksogen
Zat kimia yyang berasal dari luar tubuh, misalnya : obat-obat insektisida, CO, dan lain-lain
c.    Kimia endogen
Zat-zat kimia yang berasal dari tubuh manusia, misalnya metabolisme, urium, billirbin, hormone thyroksin yang berlebihan, dan lain-lain.
2.    Lingkungan
Yang termasuk ke dalam faktor lingungan dapat dibedakan atas faktor fisik, biologis, dan sosial ekonomi.
a.       Faktor fisik misalnya geografi, dataran tinggi, daerah rawan dan musim.
b.      Faktor biologis misalnya tumbuh-tumbuhan, faktor perantara (lalat, nyamuk, kecoa) dan binatang berbisa.
c.       Sosial ekonomi meliputi perkembangan ekonomi, stktur sosial, politik dan kepadatan penduduk.

7.        Jenis Penyakit / Kronis
Jenis penyakit yang diderita oleh manusia sangat beragam. Ada penyakit yang disebabkan dari dalam tubuh manusia maupun dari luar tubuh manusia seperti kegagalan fungsi organ tubuh, bakteri,  kuman, racun, virus, jamur, atau keturunan.
Mengapa kita harus mengetahui berbagai jenis penyakit?
Mengetahui berbagai jenis penyakit sangat penting bagi kita agar dapat mencegah timbulnya penyakit atau dapat segera mengantisipasi ketika melihat gejala-gejala atau pun menderita penyakit tertentu. Selain itu, sebaiknya, kita pun mengenal sebab-sebab timbulnya penyakit dan juga gejala-gejala yang tampak saat terjangkit suatu penyakit.
Jenis penyakit yang terjangkit dalam tubuh manusia dalam kurun waktu yang sangat lama bahkan dapat mengakibatkan kematian, diantaranya:
  1. AIDS
  2. Kanker
  3. Jantung
8.     Perilaku Sakit (Sick Role Behaviour)
Perilaku sakit mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk merasakan mendefinisikan, menginterpretasikan gangguan serta mencari pengobatan yang tepat. Sedangkan perilaku sehat mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh orang untuk mencegah atau mendeteksi adanya penyakit pada setiap tingkat gangguan.

Gangguan dapat diinterpretasikan berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil. Lesu ketika bangun tidur, dapat diinterpretasikan kelelahan oleh orang yang baru bekerja keras; atau gejala flu pada cuaca mendung; atau penyakit bertambah parah pada orang yang berpenyakit kronis. Interpretasi berbeda akan menyebabkan tindakan pengobatan yang berbeda. Perilaku sakit merupakan fungsi dari pengalaman saat itu, pengalaman masa lalu, proses informasi dan proses kognitif.

Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit, dikecualikan dari tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar segera sembuh.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.
TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
A.                           Tahap I (Mengalami Gejala
1.      Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
2.      Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu.
3.      Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.
4.      Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
B.                               Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
1.      Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
2.      Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
3.         Menimbulkan perubahan emosional
4.         Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.

C.                           Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
1.      Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
2.      Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
3.      Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
4.      Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan
5.      Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.
D.                          Tahap IV (Peran Klien Dependen)
1.      Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
2.      Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya.
3.      Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
4.      Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun masyarakat.
E.                           Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
1.      Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya penurunan demam.
2.      Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
3.      Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif
9.  Faktor yang Mempengaruhi Perilaku sakit

        A.  Faktor Internal
1.    Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2.    Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik bisaany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
B.       Faktor Eksternal
1.      Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2.      Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan bisaa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter
3.      Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
4.      Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5.      Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
6.      Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll
10.   Dampak Hospitalisasi pada Klien dan Keluarga
Tahun 1959, Russel Berton menulis buku tntang hospitalisasi. Dalam pengertian hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat di sebuh institusi seperti rumah perawatan.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1.      Lingkungan yang asing
2.      Berpisah dengan orang yang berarti
3.      Kurang informasi
4.      Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5.      Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6.      Prilaku petugas Rumah Sakit.
Perubahan yang terjadi akibat hospitalisai adalah :
1.      Perubahan konsep diri
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh, perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya
2.      Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3.      Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4.      Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.
5.      Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6.      Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.
11.    Peran Perawat terhadap Sehat Sakit (Pencegahan Primer, Sekunder, dan    Tersier)
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Berikut pendapat tentang peran perawat
A.      Peran Perawat (CHS 1989)
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat) untuk berproses dalam sistem sebagai berikut :
1.                                 Pemberi asuhan keperawatan
2.         Pembela pasien
3.         Pendidik tenaga keperawatan masyarakat
4.         Koordinator dalam pelayanan masyarakat
5.         Kolaborator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat
6.         Konsultan atau penasihat pada tenaga kerja dan klien
B.       Peran perawat (Lokakarya Nasonal 1983)
                                1.          Pelaksanaan pelayanan keperawatan
                                2.          Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan
                                3.          Pendidik dalam keperawatan
                                4.          Peneliti dan pengembang keperawatan
C.      Peran Perawat Menurut para Sosiolog
                                1.          Peran terapeutik : kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan penyakit
                                2.          Expressive atau mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam menciptakan lingkungan dimana pasien merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat. Menurut Johnson dan Martin peran ini bertujuan untuk menghilangkan ketegangan dalam kelompok pelayanan (dokter, perawat, pasien dan lain-lain)
D.      Peran perawat menurut Schulman
Schulman berpendapat bahwa hubungan perawat dan pasien sama dengan hubungan ibu dan anak antara lain :
                                1.          Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih sayang.
                                2.          Melindungi dari ancaman bahaya 
                                3.          Memberi rasa aman dan nyaman
                                4.          Memberi dorongan untuk mandiri
Selain itu peran yang dijalani seseorang juga bergantung pada status kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani individu. Tidak mengherankan jika klien di rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan yang terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga pada keluarga. Perubahan tersebut antara lain :
a.         Perubahan Peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit Akan terjadi perubahan peran dalam keluarga. Sebagai contoh jika yang sakit adalah ayah, peran sebagai kepala keluarga akan dijalankan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu, sesuai dengan peran tersebut.
b.        Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk keperluan klien dirawat. Akibatnya, keluarga mulai mengalami masalah keuangan. Masalah keuangan ini sangat riskan terutama pada keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya biaya kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertamnbah.
c.         Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga yang dirawat. Keseharian keluarga yang bisaanya dihiasi dengan keceriaan, kegembiraan dan senda gurau anggotanya, tiba-tiba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluargapun menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang dirawat.
d.        Perubahan Kebisaaan Sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluargapun mempunyai kebisaaan dalam lingkup sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam lingkungan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakat pun mengalami perubahan.
      Peran Perawat dalam Konteks Sehat / Sakit tujuannya adalah membantu individu meraih kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin diraih setiap individu. Peran perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Kaitannya dengan hal tersebut, promosi kesehatan merupakan suatu upaya mengarahkan sejumlah kegiatan guna membantu klien mempertahankan atau meraih derajat kesehatan dan tingkat fungsi setinggi-tingginya serta menikmati kenyamanan. Aktifitas keperawatan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien antara lain : pendidikan dan konseling kesehatan. Lebih lanjut, pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan. Terdapat 3 tingkat pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1.        Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupaka pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya patogenik. Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit dan trauma. Sevcara umum, pencegahan primer meliputi promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection) Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain pendidikan kesehatan, peningkatan gizi yang tepat, pengawasan pertumbuhan individu,konseling pernikahan dan p[emerikasaan kesehatan berkala. Perlindungan khusus dilakukan melalui imunisasi higiene personal, sanitasi lingkungan, perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment alergic dan nutrisi khusus (misalnya nutrisi untuk ibu hamil, nutrisi untuk bayi) dan lainnya.

2.        Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada tahap ini, mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit atau mencegah komplikasi, serta mempersingkat fase ketidakmampuan pencegahan sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis dini / penangan segera, seperti menemukan kasus, survei penampisan, pemeriksaan selektif.
3.        Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah / membatasi ketidakmampuan serta membantu memulihkan klien yang tidak mampu agar dapat berfungsi secara optimal. Langkah pencegahan ini antara lain dilakukan melalui upaya pembatasan ketidakmampuan (dissability limitation) dan rehabilitasi. Untuk pembatasan ketidakmampuan, langkah yang bisaa diambil adalah pelatihan tentang cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas. Untuk rehabilitasi, upaya yang dilakukan antara lain pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi, penempatan klien sesuai dengan keadaannya (selektive places), terapi kerja.

BAB III
PENUTUP
1.       Kesimpulan
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak hanya untuk terbebas dari penyakit tetapi meliputi seuruh aspek kehidupan manusia. Selain itu juga selain ada sehat terdapat juga sakit. Sakit secara umum meruapakan keadaan yang tidak hanya terjadinya proses penyakit tetapi dimana keadaan fisik, emosional, sosial dan perkembangan seseorang terganggu. Untuk memebedakan anatara sehat dan skit terdapat adanya rentang sehat sakit.
Sehat juga dipengaruhi oleh beberapa factor. Bukan hanya sehat saja yang dipengaruhi oleh beberapa factor tetapi juga sakit. Jika kita merasa sakit berarti ada penyakit yang bersarang di tubuh kita. Sakit itu di timbulkan oleh beberapa penyakit. Biasanya penyakit di timbulkan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
    
2.       Saran
Setelah kita membaca kutipan di atas, kami sebagai penulis makalah ini, kami memberi saran kepada seluruh khalayak untuk tetap memperhatikan kondisi kita. Sehat merupakan sesuatu yang sangat mahal bagi kita, jika kita tidak menjaga kesehatan kita, maka kita akan terserang penyakit.
Selain itu juga, kami memberi saran kepada para medis untuk tetap memperhatikan kesehatan masyarakat supaya Negara kita terhindar dari berbagai macam penyakit. Kami juga berharap dari pihak medis memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin, H. 2001. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta:  Widya Medika.
Aziz, Alimul Hidayat, A. 1999. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba  Medika.
Gaffar, La Ode Jumadi, S.Kp. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional; editor, Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Radiat, Ojo, H. 1984. Sinopsis Dasar-dasar Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.
Steven, P.J.M. 1999. Ilmu Keperawatan. Jilid 1 / P.J.M. Stevens, F.Bordui, W.E. van ser Meer, G.I. Almekinders, J. Caris, J.A.G. van der Weyde; alih bahasa, J.A. Tomasow; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta: EGC.

Situs Web